Jumat, 17 Desember 2010

Menjaga Kesucian Jiwa

Abu Abdillah Nu'man bin Basyir ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara yang samara-samar yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum) nya. Barang siapa yang menghindari perkara samara-samar, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samara-samar maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang lain) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya.

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan (undang-undang), ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati."

(HR. Bukhori dan Muslim).

PERMASALAH YANG SERING TERJADI PADA REMAJA (Ole: Ali Sa'adan, S.Sos.I)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
       Berbicara masalah yang terjadi pada remaja, merupakan bahasan yang terpenting dikaji. Dimana masa remaja merupakan masa yang mengalami banyak perubahan. Jika perubahan itu dapat terkendali dengan baik maka akan baik pula prilakunya pada masa itu. Akan tetapi jika perubahan itu terjadi sebaliknya yakni cenderung tidak dapat dikendalikan maka seoarang remaja yang melawati masa itu akan menjadi betah dan bernilai negatif pula. Dalam hal ini Hirarki kebutuhan manusia itu meliputi fisiologis, rasa aman, pengakuan, penghargaan, kognitif, estetika dan akulturasi.
a)  Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar seperti : makan, minum, seks oksigen dan istirahat. ia berpendapat bahwa manusia itu adalah binatang berhasrat yang tidak pernah merasa puas dan selalu ingin.
b)     Kebutuhan rasa aman (safety and security need.)
Rasa aman ini sangat penting bagi setiap orang terutama pada anak anak, karena mereka suka mereaksi langsung terhadap hal hal yang mengancam dirinya, untuk itu mereka perlu diberikan kebebasan dalam berekspresi, akan tetapi tidak lepas sari bimbingan orang tua. Pada orang dewasa kebutuhan ini akan mendorong mereka untuk mencari kerja, menabung atau menjadi pegawai asuransi.
c)   Kebutuhan akan pengakuan dan kasih sayang ( Belonging needs and love needs)
Setelah kedua kebutuhan diatas terpenuhi maka muncullah kebutuhan akan pengakuan dan kasih sayang yang dapat diekspresikan dengan persahabatan dan pergaulan yang lebih luas dengan lingkungan sekitar kita. Melalui kebutuhan ini, seseorang mencari perhatian dan curahan kasih sayang dari orang lain. Di masyarakat kota yang individualistik, kepuasan akan hal ini dapat diperoleh melalui aktif di berbagai organisasi dan berhubungan baik dengan tetangga. Dalam hal ini, Maslow berpendapat bahwa kegagalan dalam mencapai kepuasan cinta dan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional. Dan ia sependapat dengan rogers tentang cinta, yaitu keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati.
d)  Kebutuhan akan penghargaan.
Jika seseorang merasa dicintai dan diterima, maka kebutuhan akan penghargaan itu muncul, yang meliputi harga diri seperti: percaya diri , kompetensi, kecakapan prestasi dan kebebasan serta penghargaan dari orang lain, seperti pengakuan perhatian, respect dan kedudukan. Bila kepuasa akan hal ini terpenuhi, maka individu akan memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya dan begitu sebaliknya.
e)   Kebutuhan Kognitif ( hasrat untuk mengetahui dan memahami)
Menurut Maslow, rasa ingin tahu ini merupakan ciri mental yang sehat, kegagalan dalam kebutuhan kognitif ini akan menghambat pencapaian dalam perkembangan kepribadian.
f)   Kebutuhan Estetik.
Kebutuhan akan hal ini merupakan ciri orang yang sehat mentalnya, seperti rasa ketentraman, kerapian dalam berpakaian, penataan rumah, dan keserasian dalam warna. Biasanya orang yang mengalami gangguan emosional tidak terlalu memperhatikan hal ini.
g)  Kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow berpendapat bahwa manusia itu dimotivasi utuk menjadi sesuatu yang ia mampu menjadi hal itu, apabila kebutuhan lain sudah terpenuhi akan tetapi kebutuhan akan aktualisasi tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan gelisah, cemas dan resah. Misalnya seorang akuntan disuruh menjadi guru, atau orang yang berminat dibidang musik disuruh jadi pedagang maka hal ini akan gagal semua.jadi ia berkesimpulan seorang musisi harus diberi gitar dan seorang pelukis harus diberi alat melukis dan sebagainya.
          Gambaran diatas merupakan acuan manusia dalam mengalami masa kehiduapn mulai sejak anak – anak, remaja, dewasa hingga sudah tua renta. Semua tuga diatas adalah gambaran semua dalam kehidupan. Mengapa demikian ? karena pada setiap individu tidak sama justru berlainan yang terjadi selam dalam hidupnya.
          Dalam hal ini gejolak yang paling banyak dialami dari uraian tersebut adal terjadi pada masa remaja (odolecent) masa bergejolak. Atau orang sering sebut masa remaja adalah masa berfoya – foya, masa untuk mencari jati diri, masa berorganisasi dan sebagainya.















BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN REMAJA
          Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.  Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun.  Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja.  Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. [1]

B. PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA REMAJA
          Individu pada masa tersebut akan mengalami situasi pubertas di mana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa. Sebagaimana telah difahami, bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang dewasa.
Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.
Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja:
1. Lingkungan keluarga. 
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga -khususnya orang tua- akan sangat memberi bekasan yang luar biasa. Dalam keluarga yang bahagia dan sejahtera serta memiliki tauladan keislaman yang baik dari orang tua, insya Allah, remaja akan tumbuh dengan rasa aman, berakhlak mulia, sopan-santun dan taat melaksanakan ajaran agamanya. Sebaliknya, dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang. 
Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi. 
2. Lingkungan sekolah. 
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya. 
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa: “Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan.
3. Lingkungan teman pergaulan. 
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan: “Kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
 Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja harus diarahkan dan dibina. Remaja di harapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remaja-remaja muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya dalam nuansa-nuansa Islam. Mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk menda’wahkan Islam, sehingga menjadi generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam mensyi’arkan Islam.

4. Lingkungan dunia luar.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi. 
Remaja  yang punya kelebihan, dia manfaatkan kelebihannya, sedang yang tidak punya kelebihan, pokoknya asal “tampil beda”, agar diekspos oleh mass media, sehingga mereka menjadi terkenal. Akibatnya, dunia dilanda budaya riya’ atau pamer, yaitu budaya ingin dipuji, dikagumi dan dianggap top oleh orang lain; budaya menonjolkan diri dengan cara apapun. Sehingga banyak kita jumpai orang-orang yang berperilaku aneh-aneh, berusaha agar menjadi pusat perhatian.
Sebagai contoh, misalnya di kalangan remaja yang sudah terjangkiti, kita jumpai remaja yang berdandan model punk, yang tidak lain merupakan cerminan dari sikap riya’ itu tadi. Celakanya, sikap-sikap yang demikian itu mudah sekali untuk ditiru oleh remaja . hal yang demikian sungguh telah lari dari keberadaan remaja. “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amanat jauh dari kebenaran".” (QS 18:13-14, Al Kahfi)[2]
        Disisi lain permasalahan yang tabu kita dengar pada remaja yakni terdapat banyak keluarga MBA (Married by Accident) adalah keluarga yang rapuh, baik kelanggengannya maupun keturunannya. Jauh dari kesadaran akan tangging jawab. Belum lagi apabila remaja ini hanya siap untuk seks bebas, tentu resiko rusaknya social masyarakat jauh lebih besar lagi.   Karena itu Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 1, yang artinya “Hai sekalian manusia bertakwalah pada TuhanMu yang menciptakanmu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…”,memerintahkan kepada manusia untuk selalu memperhatikan anak-anaknya agar di usia remajanya ia semakin menjadi pribadi yang bertakwa,sholih, dan mengerti tujuan penciptaan dirinya adalah untuk mengabdi pada Allah SWT. 
C. SOLUSI
            Ada 3 pihak yang harus diberikan jalan keluar masalah remaja. Pihak pertama , adalah orang tua atau keluarga. Orang tua wajib membekali diri dengan ilmu dalam mendidik anak.Yang paling mendasar adalah masalah aqidah atau keimanan. Ia harus benar-benar menjadi orang tua yang sadar bahwa kehidupan pernikahannya adalah ibadah pada Allah SWT. Sehingga sang ayah akan mengerti peran strategisnya sebagai pimpinan keluarga, adalah membentuk rekan atau partner yang juga mengerti bahwa visi kehidupan adalah meraih surga Allah SWT, dengan misi mengemban hukum-hukum atau aturan Allah dimana pun mereka berada.
Jelas ia tidak pernah abai sedetik pun dengan pendidikan Islam pada istrinya, karena ia mengerti benar bahwa istrinya lah yang akan lebih dekat dengan anak-anaknya dalam pergaulan dan interaksi di rumah, juga pada anak-anaknya. Karena itu pula ia tidak pernah abai untuk selalu tholabul ’ilmi, karena ia pun butuh bekal yang memadai sebagai nahkoda rumah tangganya.   Penting pula bagi orang tua untuk menciptakan suasana komunikatif, selain ia selalu memberi ’reward’ dan dan berwenang memberikan ’punishment’ dalam mendidik. Suasana yang tidak komunikatif atau satu arah saja, akan membuat orang tua kesulitan dalam menggali permasalahan anak-anaknya, sehingga ia akan kehilangan momen penting dalam hidupnya, yaitu sebagai tempat curahan pikiran dan perasaan buah hatinya.   Tujuan dari semuanya ini adalah meyatukan standar kebahagiaan dalam keluarganya yaitu teraihnya ridho Allah SWT, dan standar perilaku yang benar yaitu halal haram menurut aturan Allah SWT.    
Pihak kedua adalah remaja itu sendiri. Remaja harus membiasakan diri dengan perilaku selektif dalam memilih tempat bergaul. Ini penting karena perkembangan seksual yang alami dalam dirinya akan berkaitan erat dengan kadar informasi seksual yang ia dapatkan dalam kehidupannya. Apabila ia memilih pergaulan yang tidak pernah absen menonton vcd porno, berkata jorok, campur baur laki-laki dan perempuan tanpa aturan, dan terbiasa mengkoleksi buku-buku bacaan porno, maka remaja ini akan jatuh ke dalam pergaulan seks bebas.   Tapi apabila sejak dari kecil ia membiasakan dirinya dalam pergaulan masjid, diskusi interaktif tentang keislaman, atau kajian bedah buku politik dalam islam, juga mengikuti kursus-kursus tambahan pelajaran, dan menyibukkan mempelajari bahasa Arab dan Inggris, ini akan menyita pikiran seksualnya. Sehingga ia akan mempunyai tingkat intelektualitas yang progresif dan mampu menangkal pergaulan bebas. Remaja seperti ini bisa dikatakan semakin asing, karena semakin asingnya Islam di tengah masyarakatnya.  
Pihak ketiga adalah negara. Negara adalah kepemimpinan masyarakat secara umum. Wewenang besar ada pada negara dalam menerapkan model dan macam aturan untuk masyarakatnya. Apabila sebuah negara lebih memilih model negara korporasi (kapitalis, pedagang dan pebisnis untuk rakyatnya), maka ia akan menerapkan aturan yang berdampak pada keuntungan bisnis dengan dalih untuk masukan negara. Misalnya dibolehkannya majalah porno semacam play boy dan tayangan porno dalam bidang hiburan, ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang sudah disahkan oleh pemerintah itu sendiri.   Bagi negara semacam ini masalah dampak kepada masyarakat bukanlah suatu yang diperhitungkan. Negara semacam inilah yang sekarang sedang mengatur kehidupan kita. Sehingga harus ada keinginan kuat dari masyarakatnya untuk merobah asas sekulerisme negara ini menjadi asas Islam. 
PERLUKAH EDUKASI SEKSUAL? 
            Islam tidak pernah menjadikan ummatnya yang tunduk dan patuh pada aturan Allah SWT menjadi bahan trial and error. Karena dipastikan bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil ’alamin.Sehingga Islam tidaklah asing dalam masalah edukasi seksual ini. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita adalah laki-laki atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa kamar atau tempat tidur mereka dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, mengapa tidak boleh satu selimut walaupun dengan sesama perempuan atau laki-laki, bagaimana cara menutup aurat di luar rumah dan di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi berbeda jenis, larangan berkholwat (berdua-duaan), sampai pada apa itu perkawinan, mengapa ibu dan ayahnya menikah, dan mengapa setelah menikah baru ada anak. Ini semua dan banyak lagi yang lainnya adalah dekat dengan kehidupan keluarga yang penuh ketaatan pada Allah SWT.  
Berbeda halnya dengan edukasi seksual ala sekuleris kapitalis liberalis, adalah bagaimana mengajarkan seks dengan aman, agar tidak terkena AIDS atau hamil diluar pernikahan. Ini malahan mendorong remaja untuk melakukan seks sedini mungkin. Bagaimana sebuah sekolah di Inggris, gurunya memerintahkan sepasang muridnya untuk berciuman mulut di depan kelas, untuk mempraktekkan seks secara ”aman”. Na’udzubillahi min dzalik.
Karena itu hendaknya remaja menjauhi edukasi semacam ini.  Edukasi seksual dalam Islam bahkan harus ditanankan sejak kecil, sesuai dengan daya pikir pada usianya. Ini justru akan membentuk daya selektifnya dalam memilih pergaulan.Bahkan kelak ia akan menjadi remaja yang punya daya perobah lingkungan, bukan jadi remaja yang mudah berobah karena lingkungan. Asik kan jadi remaja Islam yang sholeh, tetap gaul dan selamat dunia akhirat.

D. KESIMPULAN
            Masalah dalam pergaulan  remaja menghadapi 2 problem besar.Problem pertama adalah problen intern, ini secara alami akan terjadi pada diri remaja. Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang. Misalnya mulai berfungsinya hormon testosteron pada laki-laki menyebabkan pertumbuhan bulu pada daerah fisik tertentu, berubahnya suara menjadi lebih besar. Atau mulai berfungsuinya hormon progesteron pada perempuan menyebabkan perubahan fisik di dadanya, dan sekaligus mengalami menstruasi.   
Mengapa ini bisa dikatakan problem? Karena apabila remaja tersebut tidak paham tentang hal ini maka ia tidak mengerti cara merawat dirinya sehingga bisa tumbuh  menjadi remaja yang tidak sehat secara fisik. Banyak orang tua yang tidak merasa perlu memahamkan remajanya bagaimana merawat organ kemaluannya, atau bagaimana agar menjaga tubuhnya tidak menjadi “ekstra bau” sehingga ia memiliki kendala dalam berinteraksi dengan teman-temannya.  
Problem yang kedua adalah problem eksternal. Inilah yang terkatagori dalam pembentukan lingkungan tempat remaja berkiprah. Faktor penting yang membuat remaja “selamat’ dalam pergaulannya adalah faktor pemikiran dan faktor rangsangan.Pemikiran adalah sekumpulan ide tentang kehidupan yang diambil dan dipenetrasikan oleh remaja itu ke dalam benaknya sehingga menjadi sebuah pemahaman yang mendorong setiap perilakunya.   
Pemikiran penting yang membentuk remaja adalah: makna kehidupan, standar kebahagiaan hidup, dan standar perilaku. Misalnya ketika seorang remaja memahami bahwa makna kehidupan ini adalah materi, kebahagiaan adalah kekayaan, dan standar perilaku adalah yang penting ada ‘manfaat’ agar jadi kaya, maka kita akan menemukan remaja seperti ini tidak akan memahami resiko perbuatannya.  
Baginya mencuri, narkoba sambil mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan tujuan hidupnya. Remaja seperti ini akan banyak kita temukan dalam lingkungan masyarakat sekuler (menjauhkan diri dari agama). Ia hidup diliputi dengan hal-hal yang berbau Materialisme. Bagaimana tontonan kesehariannya adalah acara konters-kontes agar menjadi tenar dan kaya, tanpa perlu ilmu apalagi intelektualitas tinggi. Rangsangan pornografi dan pornoaksi menjadi konsumsi kesharian. Maka dari sinilah muncul problem besar remaja. Tidak sedikit orang tua kebingungan mengatasi hal ini. Wallahu a’lam bish showwab.
DAFTA PUSTAKA

Boere C George.sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai mas modern.Jogjakarta .arruz media .2005
Sabri, M ali yusuf.Pengantar psikologi umum dan perkembangan.Jakarta :Pedoman ilmu jaya.2001.
Suryabrata , Soemadi .Psikologi kepribadian. Jakarta. Pt. raja grafindo persada.2006.
Dazaki, hamdani, Pembinaan remaja islami, yokyakarta, Fajar Pustaka Baru. 2001



           


           
           


[1] Boere C George.sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai mas modern
[2] Hamdani Dzaky, Pembinaan Remaja islami hal 125

Kamis, 16 Desember 2010

TEHNIK-TEHNIK DALAM KONSELING (Oleh: Ali Sa’adan, S.Sos.I)


  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Konseling adalah suatu profesi, suatu proses yang melibatkan suatu hubungan antara orang orang  secara profesional serta menuntut suatu perangkat keterampilan keterampilan yang khusus dan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan untuk dapat mempengaruhi klien  agar berubah.
Tehnik tehnik dalam konseling adalah trik atau cara dan keahlian yang harus dikuasai seorang konselor dalam menjalankan proses konseling demi mencapai tujuan yang diharapkan yaitu terpecahnya masalah  yang dihadapi oleh klien.
Seperti halnya ilmu-ilmu terapan lainnya, dalam melakukan atau menjalankan praktek maupun teorinya, konseling itu tidak terlepas dari tahapan tahapan tertentu dan tahapan itupun butuh tehnik khusus demi tercapainya tujuan yang diinginkan. setiap konselor  pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memecahkan masalah kliennya. oleh karena itu, seorang konselor haruslah bersifat profesional, apalagi konselor dalam tahap tahap pemula atau disebut dengan masa masa penjajakan karier. Keberhasilan seorang konselor dalam menangani kasus sangatlah berpengaruh dalam masyarakat umum, sebab sekali konselor itu berhasil menangani masalah klien maka secara otomatis kepercayaan masyarakat akan muncul terhadapnya, namun sebaliknya, apabila seorang konselor itu gagal dalam menangani masalah kliennya maka kepercayaan masyarakat terhadapnya akan hilang dengan sendirinya dan mereka akan mengacuhkan keberadaannya, hal ini sangatlah berpengaruh terhadap karier nya kelak.
Hal diatas tidak akan tercapai  apabila tidak dijalankan oleh seorang konselor yang benar benar ahli, dan faham dalam hal ini sebab proses konseling haruslah dijalankan sesuai dengan tehnis tehnisnya. Banyak orang beranggapan bahwa proses itu bisa dilakukan oleh siapa saja, contohnya : curhat dengan teman yang mau mendengarkan keluh kesah kita dan ia akan memberikan solusi kepada kita,akan tetapi pada dasarnya semua itu butuh proses dan memiliki tehnik tehnik tertentu agar tujuan yang diinginkan itu bisa tercapai, satu hal yang harus di ingat dalam proses konseling , jangan memberi solusi langsung kepada pasien tapi biarkan pasien mandiri, memecahkan masalahnya sendiri, pancing ia sehingga potensi yang ada pada dirinya muncul keluar dan ia sadar dengan keputusan yang diambilnya. Dalam hal ini konselor harus memusatkan perhatiannya secara penuh terhadap masalah klien, dan biarkan klien mengungkapkan masalahnya, jadilah pendengar yang baik. dengan menguasai tehnik tehnik dalam konseling ini, maka dengan mudah konselor akan mampu menggali potensi yang ada pada kliennya.
Segala sesuatu yang ingin dilakukan pasti memiliki tehnik tehnik khusus dalam prakteknya, misalnya  seorang guru yang harus memiliki trik trik dalm penyampaian materinya kepada para siswanya, begitu juga dengan konseling, pada dasarnya ketika seseorang itu mendapat masalah, maka ia tidak tau apa yang harus ia lakukan, jadi apabila kita tidak menguasai tehnik tehnik dalam konseling tersebut, maka bisa saja pasien yang seharusnya sembuh malah makin tambah parah dan tidak tertutup kemungkinan pasien kita akan lari dari kita semua. Pentingnya mempelajari tehnik dalam konseling adalah supaya seorang konselor itu tidak salah mengarahkan kliennya dalam menghadapi masalahnya dan tujuan yang ingin dicapai adalah supaya masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.

B.     RINGKASAN MATERI.
Dalam melakukan konseling, haruslah dilakukan beberapa hal pokok yaitu :[1]
1.      Persiapan untuk konseling
2.      Tehnik tehnik konseling yang meliputi:   
  1. Tehnik rapport.
  2. Refleksi perasaan.
  3. Tehnik tehnik penerimaan.
  4. Tehnik merestrukturkan.
  5. Diam sebagai suatu tehnik.
  6. Tehnik tehnik memimpin.
  7. Memberikan jaminan dan
  8. keterampilan mengakhiri

3.      memahami masalah masalah khusus tentang hubungan
4.      tehnik interpretasi.

C.     PENJELASAN.
  1. persiapan untuk konseling.
a)  Kesiapan untuk konseling
Sebelum terjadi proses konseling, seorang klien itu haruslah memiliki kesiapan terlebih dahulu. Kesiapan ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: motivasi untuk mendapatkan bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri, harapan terhadap peranan konselor dan sistem pertahanan  dirinya
b)  Riwayat Kasus.
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan data/ kasus yang dialami oleh klien dari masa yang lalu dan masa yang sekarang. Atau bisa juga diartikan melakukan identifikasi terhadap masalah masalah yang dialami klien.
Riwayat kasus ini dapat dibagi kedalam lima bentuk ( menurut surya : 1980: 160 ) yaitu[2]
*      Riwayat konseling psiko terapeutik. Hal ini banyak diperoleh melalui wawancara konseling dan lebih memusatkan perhatiannya kepada psikoterapeutik.
*   Catatan kumulatif. Yaitu catatan yang menggambarkan tentang keadaan perkembangan seseorang selama melakukan konseling.
*      Biografi dan auto biografi.
*      Tulisan tangan yang dibuat oleh klien sendiri, sebagai dokumen pribadi dan biasa saja dalam bentuk catatan harian atau catatan peristiwa-peristiwa penting yang dialaminya.
*      Grafik waktu tentang kehidupan klien yang berkasus.

c)  Evaluasi Psikodiagnosis.
Secara umum, psikologi diagnosis berarti pernyatan tentang masalah klien, memperkirakan sebab sebab kesulitannya dan memperkirakan hasil konseling dimasa yang akan datang dalam bentuk tingkah laku klien. Jadi bisa diartikan bahwa tujuan diagnosa psikoanalisis ini adalah untuk memperkirakan berbagai magam kemungkinan yang akan terjadi pada diri klien.
Psikodiagnosis ini juga dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalama situasi yang terstandar, dan juga pola berfikir serta merasa pada klien., yang diperoleh melalui tes yang akan menggambarkan struktur dasar karakter klien.

2.  Tehnik Tehnik melakukan konseling.
a.   Tehnik Anrapport
Tehnik ini merupakan kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama yang bertujuan untuk menjembatani hubungan klien dengan konseler, dan sikap penerimaan serta minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya, sehingga tercipta rasa saling mempercayai. Tehnik ini dapat dilakukan dengan cara : pemberian salam yang menyenangkan, menerapkan topik pembicaraan yang sesuai, susunan ruang konseling yang menyenangkan, sikap yang ditandai dengan a) kehangatan emosi, b) realisasi tujuan bersam, c) menjamin kerahasiaan klien, d) kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
b.  Prilaku Attending.( tehnik penerimaan).
Attending merupakan upaya konselor menghampirim klien dalam bentuk prilaku kontak mata, bahasa tubuh dan bahasa lisan, ketika seorang klien datang maka konselor harus membuat pasien itu merasa diterima dengan tangan terbuka dan merasa nyaman sehingga proses konseling dapat berjalan dengan lancar.prilaku yang hangat dan akrab dari konselor sangatlah membantu klien untuk mengungkapkan  masalahnya secara terbuka.Prilaku attending dapat diwujudkan dengan cara : kepala mengangguk sebagai tanda persetujuan konselor atas ucapan klien, ekspresi wajah tenang, posisi tubuh condong ke arah klien, jarak duduk dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan, melakukan pariasi isyarat gerakan tangan secara spontan untuk memperjelas ucapan, mendengar secara aktif dan penuh perhatian, menunggu ucapan klien sampai selesai dan perhatian tertuju kepada klien. Ekspresi wajah konselor dalam menerima kliennya sangatlah berpengaruh dalam hal ini, misalnya wajah senyum atau cemberut.
  1. Tehnik Strukturing.
Dalam tehnik ini adanya penetapan batasaan oleh konselor tentang hakikat, batas dan tujuan proses konseling. Proses ini ada yang bersifat inplinsit dan ada juga yang formal. Dalam inplinsit, peranan konselor diketahui secara umum, sedangkan yang formal berupa pernyataan konseler untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling, misalnya:“berapa lama konseling ini akan dilakukan..?” atau “ kapan waktu waktu anda bisa untuk mengikuti proses konseling?..” dan sebagainya. Ada 5 macam strukturing dalam konseling yaitu :
*      Batas batas waktu, baik dalam suatu individu ataupun seluruh proses konseling.
*      Batas batas tindakan, baik konselor maupun klien.
*      Batas batas peranan konselor.
*      Batas waktu dan jadwal konseling.
*      Strukturing dalam nilai proses, misalnya tahapan yang harus dilalui dalam proses konseling
d.   Refleksi Perasaan.
Menurut sofyan S. Willis. Refleksif merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan pikiran dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadapn prilaku klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan non verbalnya. Sofyan membagi refleksi perasaan atas 3 jenis yaitu:

*      Refleksi perasaan, berupa keterampilan konselor untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan non
verbal klien. contoh : konselor mengungkapkan sebagai berikut “
tampaknya yang anda katakan adalah.....” atau “ adakah yang anda
maksudkan ini ......?”.
*      Refleksi pengalaman yaitu : keterampilan konselor untuk
memantulkan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan prilaku verbal dan non verbal. Contoh : “ madakah yang anda maksudkan .....” atau “ tampaknya yang anda maksudkan adalah suatu peristiwa.....”
*      Refleksi pikiran, yaitu : keterampilan konselor untuk memantulkan
ide, pikiran dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan verbal dan non verbal. Contoh : “ tampaknya yang anda katakan ....” atau “ mungkin yang anda utarakan adalah....”
e. Diam sebagai suatu tehnik.
Diam dalama konseling bukan berarti tidak terjadi komunikasi, akan tetapi komunikasi tetap ada dalam bentuk non verbal. Diam sangat penting dalam proses konseling diantaranya untuk : mendorong klien untuk berbicara, membantu klien untuk memahami dirinya, klien dapat mengikuti ekspresi yang dapat membawa klien mengikuti pemikiran yang mendalam, dan mengurangi kecepatan interview.
Tujuan tehnik ini adalah menanti klien yang sedang berfikir, atau juga sebagai protes apabila klien sudah ngelantur, dan mendorong klen untuk berbicara.  Waktu yang ideal untuk proses ini adalah 5- 10 menit, namun ini bukanlah harga mati tetapi bersifat kondisional.
f. Tehnik Memimpin
Tujuan tehnik ini adalah supaya wawancara konseling tidak menyimpang dari masalah yang dibicarakan dan supaya arah pembicaraan terfokus pada konseling. Contoh : ketika klien mengatakan “ saya mungkin berfikir juga tentang hubungan dengan pacar, tapi bagaimana ya...?” mendengar hal itu maka konselor menjawab” bukankah sampai saat ini kepedulian anda tertuju pada belajar sambil bekerja, mungkin anda tinggal merinci kepedulian itu, tentang pacaran apakah masuk juga dalam kepedulian anda....?”keberhasilan konselor juga tergantung kepada tipe tipe kepemimpinannya apakah demokratis, otoriter atau permisif ( masa bodoh).
g. memberikan jaminan.
Hakikat dari tehnik ini adalah semacam pemberian ganjaran dimasa yang akan datang, dan metode ini dapat mengurangi kecemasan klien dengan mencocokkan tingkah laku yang baru. Pemberian jaminan ini dapat dilakukan dengan tehnik sebagai berikut : a) pernyataan persetujuan, b) prediksi hasil, c) kondisi wawancara, d) jaminan faktual, d) mengembalikan pertahanan diri.
h.  keterampilan mengakhiri
keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu tehnik dalam proses konseling dan proses ini juga sangat menentukan tingkat keyakinan dan kepercayaan klien kepada konselor. Sesi ini dapat dilakukan dengan cara :
*      Mengatakan bahwa waktu sudah habis,
*      Merangkum isi pembicaraan,
*      Menetapkan waktu pertemuan berikutnya,
*      Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan,
*      Menunjukkan catatan singkat hasil pembicaraan konseling,
*      Memberikan tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok
pembicaraan apabila diperlukan.

3.  Masalah Khusus Tentang Hubungan
Selama menjalani proses konseling, tentulah hal itu tidak selamanya lancar dan tidak pula selamanya terhambat. Ada 3 hal yang sangat berpengaruh dalam hal ini dan ini bisa saja menghambat atau membantu proses konseling, tergantung bagaimana hal itu dinyatakan. 3 hal tersebut adalah : pemindahan ( transperence), pemindahan balik ( counter transperence ), dan penolakan.
1.  Pemindahan
Istilah pemindahan ini menunjukkan  pernyataan perasaan klien terhadap konselor dan klien memproyeksikan sikapnya secara tidak sadar kepada konselor, pemindahan ini merupakan semacam hubungan terapeutik yang terjadi dalam proses konseling.
Pemindahan dapat juga bersifat positif, yaitu bila klien memproyeksiakan perasaan ketergantungan dan afeksinya kepada konselor.sebaliknya, pemindahan ini akan bersifat negatif apabila klien memproyeksikan rasa bencinya kepada konselor dan penyelesaian pemindahan ini dapt dicapai apabila konselor menjaga sikap menerima dan memahami dan jga menerapkan tehbik tehnik bertanya dan interatif.
2.  Pemindahan balik.
Hal ini merupakan reaksi konselor terhadap klien, berupa emosional dan bersumber dari kecemasan konselor, reaksi ini juga merupakan tanggapan konselor terhadap tindakan pasien pada fungsi pemindahan.
3.  Refleksi atau penolakan
Resistensi mmerupakan gejala yang normal dalam proses konseling, sebab pada umumnya konselor melihat resistensi sebagai suatu yang melawan kemajuan dalam pemecahan masalah, dan dalam hal ini, seorang konselor harus berusaha mengurangi resistensi sebanyak mungkin.
Resistensi dapat dibagi dua yaitu bersifat internal dan eksternal. Yang bersifat internal berasal dari diri pribadi klien sendiri dan yang bersifat eksternal itu berasal dari hasil konseling, pengaruh tehnik konselor dan sikap konter transparansi konselor.
4.  Tehnik Tehnik Interpretasi
Secara terapeutik, interpretasi merupakan tahap akhir dari suatu tahap tahap yamg berkelanjutan yang dimulai dari refleksi perasaan. Ada beberapa tahapan interpretasi yaitu :
Ø  refleksif perasaan, yatu seorang konselor itu tidak berangkat lebih jauh dari apa yang telah dinyatakan klien.
Ø  klarifikasi, yaitu menyatakan apa yang telah tersirat dalam apa yang telah dinyatakan klien.
Ø  refleksi, yaitu pemberian penilaian konselor dari apa yang tersirat dalam kesadarannya.
Ø  konfrontasi, yaitu konselor membawa perhatian terhadap cita cita klien yang tersirat tapi tidak disadari.
Ø  interpretasi yatui konselor memperkenalakn konsep konsep hubungan dan pertalian baru yang berakar dalam pertalian klien.

KESIMPULAN.

Sebelum melakukan proses konseling, hendaklah adanya kesiapan dulu dari kedua belah pihak, baik konselor maupun klien, dan tidak adanya unsur unsur paksaan dari pihak manapun sehingga proses ini dapat berjalan dengan lancar.
Pada awal proses konseling, tehnik yang dilakukan adalah anrapport, dengan tujuan menjalin hubungan yang baik dan menentukan tujuan bersama, kemudian konselor harus membuat klilen merasa diterima dan nyaman sehingga klien mau mengungkapkan amsalah yang ada pada dirinya.sambutlah kedatangan klien dengan ramah dan hangat.
Refleksi perasaan, konselor juga harus bisa menangkap inti dari masalah klien dan bertanya kembali padanya apakah yang dimaksudkannya itu sama dengan yang kita tangkap, dengan tujuan menekankan arah pembicaraan, kemudian konselor juga harus bisa menstrukturkan masalah dan waktu yang tepat untuk menentukan proses konseling dengan menanyakan kesediaan klien akan hal ini.
Ketika seorang klien tiba tiba diam, konselor haruslah sabar menunggu reaksi berikuktnya dan sebaiknya tidak tergesa gesa/ mendesak klien untuk berbicara, konselor harus diam secara verbal, akan tetapi tidak diam secara nonverbal. Misalnya ketika pasien diam, maka konselor bisa memberi isyarat dengan anggukan kepala atau asyarat dengan jari. Dan ketika pasien sudah mulai menyimpang dari pokok bahasan, maka konselor harus bisa memimpin kembali arah pembicaraannya.
Ketika mengakhiri konseling, seorang konselor juga harus mampu melakukan tehnik mengakhiri, sehingga klien merasa percaya dan yakin akan kemampuan konselor tersebut dan hal ini sangat mempengaruhi proses konseling berikutnya kedepan. Masalah masalah dalam konseling dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu pemindahan, pemindahan balik dan resistensi.







[1] Surya, Muhammad. Psikologi konseling. Bandung : pustak Bani Quraisy. Hal: 144.
[2] Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Raja Grafindom persada. 2007. hal : 134